About

Filsafat Henri Bergson

Posted by ifmarx Selasa, 10 Juni 2014 0 komentar
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Henri Bergson adalah filsuf abad ke-20 ini. Ia mempengaruhi William James dan Whitehead dan berpengaruh besar terhadap pemikiran Prancis. Filsafat Bergson tidak seperti kebanyakan filsafat terdahulu. Filsafatnya bersifat dualistik, yakni dunia ini dibagi oleh Bergson menjadi dua unsur: pertama, kehidupan dan yang kedua, yang oleh kebanyakan intelek disebut materi.[1]

Alam semesta adalah benturan dan konflik antara dua gerakan yang bertentangan. Kehidupan adalah suatu kekuatan yang sangat besar, suatu dorongan hati yang sangt vital, yandg diberikan sekali untuk terakhir kalinya dari permulaan dunia, yang menjumpai perlawanan dari materi, yang berjuang menerobos jalan melalui materi, yang belajar secara bertahap untuk menggunakan materi dengan sarana organisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah Henri Bergson?

2. Apa saja karya Henri Bergson?

3. Bagaimana pemikiran Henri Bergson?

C. Tujuan

1. Untuk menetahui siapakah Henri Bergson

2. Untuk mengetahui karya- karya Henri Bergson

3. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Henri Bergson



















BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Henri Bergson

Henri Bergson lahir di Paris pada tahun 1859. Ayahnya adalah seorang Yahudi dari Polandia dan ibunya bernama Anglo-Irlandia. Ia berbakat dalam matematika, dan pada usia dini memenangkan penghargaan untuk solusi unik untuk masalah matematika, serta solusi untuk masalah yang kompleks yang Pascal telah mengklaim telah memecahkan (meskipun ia gagal untuk memilikinya). Pada usia delapan belas tahun, Bergson menghadiri École Normale Supérieure selama empat tahun, setelah itu ia mulai mengajar di Clermont-Ferrand pada tahun 1883. Pada tahun berikutnya di Clermont-Ferrand, ia menerbitkan sebuah studi kritis terhadap filsafat dan puisi Lucretius yang terus menjadi berpengaruh studi klasik di Perancis sampai saat ini. Bergson menndapat gelar doktor pada tahun 1889 dengan Essai sur les données immediates de la hati nurani (Waktu dan Free Will) bersama dengan tesis Latin singkat. Esai ini diterbitkan pada tahun yang sama oleh Felix Alcan dalam serial La Bibliothèque de philosophie contemporaine.[2]

Bergson dipromosikan menjadi guru besar pada tahun 1898, dan menjadi Maitre de konferensi di Alma Mater nya, L'École Normale Superieure. Dua tahun kemudian ia menerima guru lain di College de France, di mana ia menerima Ketua Filsafat Yunani secara berurutan untuk Charles L'Eveque. Pada saat ini kuliah mulai menarik mahasiswa dan akademisi serta masyarakat umum, sehingga beberapa nama perguruan tinggi "rumah Bergson." Pada tahun 1891 Bergson menikah dengan sepupu Marcel Proust dan memiliki seorang putri.[3] Bergson memenangkan Hadiah Nobel untuk Sastra tahun 1928[4] dan mempertahankan status tokoh kultus di tahun-tahun antara Perang Dunia. Dia lebih memilih bergabung dianiaya dan mencatatkan dirinya pada akhir tahun 1940 sebagai seorang Yahudi yang pada tahun 1921 Bergson menjadi seorang Kristiani. Selama tujuh belas tahun terakhir dia menderita arthritis melumpuhkan dan meninggal bronkitis pada tanggal 3 Januari 1941, pada usia delapan puluh satu.[5]

2. Karya-karya Henri Bergson

Banyak karya-karya dari seorang tokoh Henri Bergsen ini, antara lain: Matière et mémoire (Materi dan ingatan) terbit tahun 1896,Le rire (Tertawa) terbit tahun 1900, L’evolution creatice (Evolusi Kreatif) terbit tahun 1907, Durée et simultanéité (Lamanya dan keserentakan) terbit tahun 1922, Les deux sources de la morale et de la religion (Kedua Sumber dari Moral dan Agama) terbit tahun 1932, sedang artikel-artikelnya di kumpulkan L’énergie spirituelle (Energi Spiritual) terbit tahun 1932, La pensée et le mouvant (Pemikiran dan Yang Bergerak) terbit tahun 1934, Ecrits et paroles (Karangan-Karangan dan Perkataan-Perkataan) 3 jilid terbit tahun 1957-1959.[6]

Dari buku-buku dan artikelnya kita bisa tahu arah pemikiran tokoh Henri Bergson ini, yakni menuju kepada filsafat hidup yang lebih terarah kepada sosiologi. Seperti halnya Comte maupun Spencer

3. Pemikiran Henri Bergson

Pemikiran henri bergson secara kasat mata banyak yang menilai dalam hal evolusi, selain karena dia tokoh filsafat yang banyak dipengaruhi oleh filsuf Inggris, yaitu Herbert Spencer,[7] dia juga dipengaruhi oleh teori evolusi darwin. Sebenarnya banyak gagasan yang dikungkapkan oleh tokoh ini, tapi gagasan yang lebih menarik terdapat pada materi dan ingatan.

a. Materi dan Ingatan

Dalam bukunya Matière et mémoire, Bergson mempelajari hubungan antara jiwa dan tubuh (roh dan materi). Ia mulai dengan mengatakan bahwa pendiriannya dalam buku tersebut bersifat dualisme karena ia lebih mempertahankan materi dan roh sebagai kenyataan.[8]

Ia menolak pandangan monoteisme dengan harapan supaya tidak ada yang tereduksi dalam diri manusia. Dalam studi ini bergson banyak mengalami kesulitan saat jiwa dan tubuh dihubungkan, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut Bergson menggunakan ingatan sebagai penengah keduanya karena ingatanlah yang paling banyak mengalami persentuhan interaksi antara materi dan roh (tubuh dan jiwa).

Banyak yang sudah menggunakan ingatan dalam obyek penelitian, seperti halnya akhir abad 19 dilakukan penelitian antara otak dan ingatan. Bregson membedakan dua macam ingatan.[9] Pertama, terdapat ingatan yang terdiri atas mekanisme-mekanisme motoris yang kira-kira sama dengan kebiasaan. Misalnya dalam pelajaran, kita saat sd pasti diberi rangsangan-rangsangan oleh para guru yang selanjutnya kita akan mengingatnya.

Sedang ingatan yang lain yang oleh Bergson disebut dengan “ingatan murni” yakni ingatan yang membentuk dan merekam angan-angan tentang sikap kejadian dalam hidup kita tanpa mengabaikan satu detailpun. Ingatan dalam artian tersebeut merupakan ingatan bersifat rohani dan jika kita mengakuinya berarti kita juga mengakui kehidupan juga berlangsung dibawah kesadaran.

Disini kita bisa lebih tampak lagi hubungan antara otak dengan ingatan murni. Fungsi otak untuk mengadakan seleksi terhadap segala ingatan seolah-olah menyaring isi ingatan murni dengan demikian melindungi manusia dari banjir terhadap kenangan.

Dalam hal ini kita harus bisa membedakan antara persepsi dengan ingatan.[10] Dalam persepsi obyek yang bersangkutan hadir berkat suatu intuisi tentang realitas, sedangkan dalam ingatan obyek yang tidak hadir diingat kembali. Persepsi seluruhnya mengarah pada praksisnya. Pada kenyataannya persepsi dan ingatan tidak boleh dipisahkan, perpaduan ini seperti halnya hubungan antara jiwa dengan tubuh (roh dan materi).

b. Evolusi

Menurut Bergson evolusi adalah suatu perkembangan yang menciptakan, yang meliputi segala kesaadaran, segala hidup, segala kenyataan, yang dalam perkembangannya itu terus-menerus menciptakan bentuk-bentuk baru dan menghasilkan kekayaan yang baru.[11]

Coba kita tengok, ternyata saat Bergson lahir (1859) terbitlah bukuyang fenomenal tentang evolusi karya Charles Darwin, yaitu The Origin of Species. Seperti ada firasat saja kalau akan dilanjutkan oleh Bregson. Tetapi Bergson berpendapat tentang Natural Selection dimana variasi-variasi yang cocok supaya organisme dapat hidup trus, “dipilih” dan diwariskan kepada generasi berikutnya, sedang variasi yang lain ditinggalkan.[12] Evolusi itu tidak bisa dijelaskan dengan oleh adaptasi terhadap lingkungan, adaptasi hanya membelokkan dan memutar evolusi.[13]

Untuk mengerti evolusi, menurut Bergson data biologi harus dilengkapi dengan hasil pemikiran metafisis.[14] Kuncinya adalah apa yang kita alami diri kita sendiri sebagai mahkluk hidup. Evolusi ini ternyata mengarah pada tiga jurusan:[15] kehidupan tumbuhan, kehidupan instingtif dan kehidupan intelegen. Pada taraf kehidupan tumbuhan diwijudkan dalam kehidupan yakni immobilitas dan insensibilitas (merekamyang tidak dapat bergerak dan tidak merasa), pada taraf kehidupan instingtif, ini diwujudkan oleh hewan seperti semut dan serangga dengan hanya mengandalkan insting dan yang terkhir adalah taraf kehidupan intelegen, diwujudkan oleh vertebrata.[16]

Antara insting dengan intelegen digambarkan oleh Bergson dalam hubungan dengan alat-alat. Insting merupakan kemungkinan untuk mengadakan dan menggunakan alat-alat yang terorganisir sedang intelegen merupakan kemungkinan untuk mengadakan dan menggunakan alat-alat yang tidak terorganisir. Dengan demikian setiap aktifitas dalam bentuk insting maupun intelegen, merupakan suatu usaha untuk menjalankan pengaruhnya atas dunia material.

c. Moral dan Agama

Dalam pembahasan ini kami menggunakan keyword terbuka dan tertutup serta dinamis dan statis. Apa yang terbuka dan apa yang tertutup ? serta apa yang dinamis dan apa yang statis ? pasti menimbulkan pertanyaan bagi kawan-kawan semua.

Pertama akan kami bahas mengenai moral, menurut Bergson moral dibagi menjadi dua, yaitu moral terbuka dan moral tertutup.[17] Yang dimaksud dengan moral tertutup adalah moral yang hanya berlaku bagi masyarakat tertentu yang bersifat relatif, sedang moral terbuka ialah moral yang berlaku mutlak bagi seluruh umat manusia. Dan mengenai masyarakatpun bergson juga membagi menjadi dua, yakni masyarakat terbuka dan masyarakat tertutup. Pengertian dari masyarakat terbuka adalah masyarakat yang pada asanya meliputi seluruh umat manusia, sedang masyarakat tertutup adalah masyarakat yang menjadi sumber kewajiban-kewajiban moral dan sumber adat-istiadat.

Moral tertutup menandai masyarakat tertutup. Ciri ini tidak menunjukkan pada keterbatasan ruang dan masyarakatnya yang hanya sebagian tetapi moral yang digunakan hanya berlaku bagi warga masyarakat tersebut dan tidak kepada warga diluar masyarakat tersebut. Prinsip dasar dari moral tertutup ini adalah kerukunan di dalam kelompok dan perperangan di luar kelompok.[18] Bergson tidak setuju dengan prinsip ini karena ia melihat kesinambungan dalam keluarga, negara dan umat manusia.

Penganalogian untuk masyarakat ini terdapat pada kerukunan antara keluaraga dan negara tetapi antara negara dan umat manusia tidak mempunyai kesinambungan kata Bergson. Mengapa bisa seperti itu, karena jika kerukunan antara keluarga baik dapat membina menjadi warga negara yang baik pula. Setiap warga negara akan membela/memihak warga negara yang lain tetapi akan melawan musuh mereka, bahkan dalam keadaan yang damai sekalipun. Menurutnya kedamaian adalah persiapan untuk berperang.

Disamping moral tertutup terdapat moral terbuka yang menandai masyarakat terbuka. Moral disebut terbuka karena, menurut kodratnya bersifat universal dan mencari kesatuan antara seluruh umat manusia.[19] Seperti halnya para nabi perjanjian lamatelah membawa suatu moral terbuka, karena mereka tidak membedakan antara kaum miskin dengan kaum bangsawan, sekalipun mereka mengemukakan aturan etis tersebut hanya pada masyarakat Israel saja.

Selanjutnya untuk penganalogian dari masyarakat terbuka Bergson menggambarkan pada agama kristen. “Khotbah di bukit”: pertentangan antara apa yang dikatakan kepada nenek moyang” dan apa yang dikatakan Yesus”.

Selanjutnya Bergson membagi agama menjadi dua,[20] pertama. Agama statis, yang timbul karena hasil karya perkembangan. Di dalam perkembangan ini alam telah memberikan kepada manusia kecakapan untuk menciptakan dongeng yang dapat mengikat manusia dengan yang lain dan mengikat manusia dengan hidup. Karena akalnya manusia tahu bahwa ia harus mati dan juga karena akalnya manusia tahu, bahwa ada rintangan yang tidak terduga yang merintangi usahanya untuk mencapai tujuannya. Demikianlah timbul agama sebagai alat bertahan dari segala sesuatu yang dapat menjadikan manusia putus asa.

Selanjutnya agama dinamis, yang diberikan oleh intuisi.[21] Dengan perantara agama ini manusia dapat berhubungan dengan asas yang lebih tinggi, yang lebih kuasa dari pada yang lain serta yang menyelami Dia tanpa menghapuskan kepribadiannya. Karena agama inilah manusia diikatkan kepada hidup dan masyarakat atas dasar yang lebih tinggi. Bentuk agama yang paling tinggi adalah mistik. Bergson berpendapat bahwa dalam mempelajari mistik Yunani, mistik Timur dan mistik Kristen. Mistik Kristenlah yang paling lengkap, karena di situ mistik disertai dengan aktifitas dan kreatifitas. Melalui mistik kita dapat belajar bahwa energi kreatif itu adalah cinta. Refleksi lebih lanjut dapat menjelaskan tentang kehidupan.

Dalam agam kristen yang historis, kita dapat melihat gejala agma dinamis disamping suasana statis. Yang selanjutnya, keidealan atas semuanya agama statis semakin dimurnikan oleh agama dinamis , tetapi dalam praktiknya kedua bentuk agam tercampur secara tak terpisahkan dalam masyarakat.[22]







































BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Henri Bergson dilahirkan di Paris pada tahun 1859. Ayahnya adalah seorang Yahudi dari Polandia dan ibunya bernama Anglo-Irlandia. Ia berbakat dalam matematika, dan pada usia dini memenangkan penghargaan untuk solusi unik untuk masalah matematika, serta solusi untuk masalah yang kompleks yang Pascal telah mengklaim telah memecahkan (meskipun ia gagal untuk memilikinya).

2. Banyak karya-karya yang di ciptakan oleh Henri Bergson, antara lain : Matière et mémoire (Materi dan Ingatan) terbit tahun 1896,Le rire (Tertawa) terbit tahun 1900, L’evolution creatice (Evolusi Kreatif) terbit tahun 1907, Durée et simultanéité (Lamanya dan keserentakan) terbit tahun 1922, Les deux sources de la morale et de la religion (Kedua Sumber dari Moral dan Agama) terbit tahun 1932, sedang artikel-artikelnya di kumpulkan L’énergie spirituelle (Energi Spiritual) terbit tahun 1932, La pensée et le mouvant (Pemikiran dan Yang Bergerak) terbit tahun 1934, Ecrits et paroles (Karangan-Karangan dan Perkataan-Perkataan) 3 jilid terbit tahun 1957-1959.

3. Dari karyanya disebutkan ada dua hal yang sangat penting dan itu selalu bertentangan, mulai dari Materi dan Ingatan sampai pada moral dan agama. Dalam pembahasan diatas kita telah mengetahui sedikit banyak arah pemikirannya yang mengarah pada sosiologi untuk mempertahankan serta memngembangkan spiritualisme di Prancis

B. Saran

kami berharap setelah tersusunnya makalah ini, ada orang yang mau lebih meneliti lagi mengenai Bergson, karena selain mempunyai daya tarik tersendiri, filsafatnya masih sangat kental pada diri kita yang tanpa kita sadari sudah mendarah dalam hidup ini.

















DAFTAR PUSTAKA



Bertens, K. 1996. Filsafat Barat Abad XX. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Google Translate, Henri Bergson,http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u= http://www.egs.edu/library/henri-bergson/biography/&prev=/search%3Fq%3Dhenri%2Bbergson%26sa%3DN %26biw% 3D1024%26bih%3D487 diakses pada tanggal 13 April 2014
Hadiwijono, Harun. Cet 27 2012. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius
Russel, Bertrand. Cet 3 2007. Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
S. Praja, Juhaya. 1997. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan PIARA
Hanafi, A.1965. Filsafat Barat. Jogjakarta: Penerbit Mudah




[1]Russel, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 cet 3), h. 1031
[2]Google Translate, Henri Bergson,http://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u= http://www.egs.edu/library/henri-bergson/biography/&prev=/search%3Fq%3Dhenri%2Bbergson%26sa%3DN %26biw% 3D1024%26bih%3D487 diakses pada tanggal 13 April 2014
[3]Ibid.
[4]Bertens, K. Filsafat Barat Abad XX. (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 11
[5]Google Translate, Henri Bergson, ...
[6]Bertens, K. Filsafat Barat Abad XX. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 09
[7]Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. (Yogyakarta: Kanisius, 2012 cet 27) h.136
[8]Bertens, K. Filsafat Barat Abad XX. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 14
[9]Ibid. h. 15
[10]Ibid. h. 16
[11]Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. (Yogyakarta: Kanisius, 2012 cet 27) h.136
[12]Bertens, K. Filsafat Barat Abad XX. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 18
[13]Russel, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 cet 3), h. 1031
[14]Bertens, K. Filsafat Barat Abad XX. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 14
[15]Ibid. h.19
[16]Vertebrata adalah binatang-binatang bertulang punggung dan karena itu memiliki sistem saraf atau malah sistem saraf pusat
[17]Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. (Yogyakarta: Kanisius, 2012 cet 27) h.138
[18]Bertens, K. Filsafat Barat Abad XX. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 21
[19]Ibid. h. 22
[20]Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. (Yogyakarta: Kanisius, 2012 cet 27) h.138
[21]Ibid. h.139
[22]Bertens, K. Filsafat Barat Abad XX. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 25

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman