About

DINASTI ABBASIYAH

Posted by ifmarx Rabu, 27 November 2013 0 komentar


MAKALAH
DINASTI ABBASIYAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah “SEJARAH PERADABAN ISLAM”
Dosen Pengampu:
Mashuri, MA







Disusun Oleh:
Arwani ilyas (2832133006)
Dian Kurnia Sari (2832133009)
Eka Fitriana (2832133010)
Fatimatuz Zahro (2832133011)



USHULUDDIN / AQIDAH FILSAFAT
SEMESTER I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG 2013


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam mari kita haturkan kepada pahlawan revolusioner dunia yakni Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Dengan pertolongan dan hidayahNya penulis dapat menyusun makalah ini unntu kmemenuhi tugas mata kuliah “SEJARAH PERADABAN ISLAM” yang berjudul“DINASTI ABBASIYAH”.

Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak maka penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Lektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan kesempatan untuk kami menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini.

2. Bapak Mashuri, MA. Selaku Dosen pengampu mata kuliah yang juga telah membimbing kami dan mengarahkan kami dengan sabar dan memberikan pemahaman kepada kami yang benar mengenai mata kuliah ini.

3. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya makalah yang akan datang.

Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan membuahkan ilmu yang bermanfaat.







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam sejarah peradaban islam, tidak mungkin untuk tidak memasukkan Dinasti Bani Abbasiyah kedalam sejarah islam. Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah merupakan salah satu wujud betapa besarnya umat islam. Ada yang pro dan ada juga yang kontra.

Berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari munculnya masalah di periode akhir Dinasti Umayah baik masalah intern maupun ekstern.

Dalam makalah ini akan kami sajikan masa awal terbentuknya Dinasti Abbasiyah sampai pada kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah. Banyak kejadian-kejadian yang sangat menarik dalam periode Dinasti Abbasiyah ini. Akan kami ulas makalah ini dengan sedemikian rupa sehingga dapat menambah wawasan kita semuanya.

B. Rumusan Masalah

1. Sejarah berdiri Dinasti Abbasiyah ?

2. Perkembangan dunia politik ?

3. Perkembangan bidang ekonomi ?

4. Perkembangan bidang administrasi ?

5. Perkembangan ilmu pengetahuan ?

6. Sebab Kemunduran dan kehancuran ?

C. Tujuan

1. Mengetahui Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah

2. Mengetahui perkembangan dunia politik

3. Mengetahui perkembangan bidang ekonomi

4. Mengetahui perkembangan bidang administrasi

5. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan

6. Mengetahui sebab kemunduran dan kehancuran



D. Batasan makalah

Dalam makalah ini kami membatasi bahasan masalah. Sehingga tidak menimbulkan kerancauan dalam presentasi.

































BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah merupakan perwakilan kekhilafahan Islam yang terbesar dan terpanjang dalam sejarah Islam klasik yaitu sebagai pelanjut dari Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu al-Abbas al-Saffah,masih keturunan paman nabi Muhammad yang berpusat di Baghdad.[1]

Pendirian Dinasti Abbasiah dilatar belakangi sebagai reaksi terhadap khilafah Bani Umayyah yang mengalami kemerosotan dimata rakyat. Dalam hal ini obsesi kekhilafahan Dinasti abbasiyah menggunakan sistem pemerintahan yang bercorak Pluralistik-etnis,saintifik dan religius. Berbeda dengan Dinasti Umayyah yang menggunakan sistem yang bercorak Arab yang militeristik dan sekularistik.

Berdirinya Dinasti Abbasiyah diawali dengan empat strategi yaitu : pertama, disusun suatu kekuatan bawah tanah oleh Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.[2] Kedua, dengan sistem mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, hal ini sudah berlangsung sejak akhir abad pertama hijriyah yang bermarkas di syam tempatnya di Al Hamimah, sistem ini berakhir dengan bergabung nya Abu muslim al-Khurasani pada jam’iyah yang sepakat dengan berdirinya Dinasti Abbasiyah .[3]ketiga, pemanfaatan kaum Muslimin non Arab (mawali) yang sejak lama merasa dikelasduakan.

Keempat, dilanjutkan dengan terang-terangan dan himbauan-himbauan di forum-forum resmi untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah yang berlanjut peperangan melawan Daulah Umaiyah yang dimana Abu Muslim al-Hurasani mengangkat bendera hitam sebagai bentuk pemberontakan pada tahun 120H.

Berbagai tekhnis dilakukan oleh pengikut Muhammad Al-‘Abbasy, seperti sambil berdagang dan melaksanakan haji di balik itu terprogram bahwa mereka menyebarkan ide dan mencari pendukung terbentuknya Dinasti tersebut. Dalam pendirian Dinasti ini terlihat tidaklah mudah, dapat kita lihat dalam peristiwa peperangan antara Dinasti Umaiyah dan pendukung berdirinya Dinasti Abbas seperti peristiwa 11 Jumadil Al-Akhirah 132 H terbunuhnya 300 orang Umaiyah. Terbunuhnya Marwan Bin Muhammad pada malam Ahad 3 zulhijjah 132 H dan dikirim kepalanya kepada Asyafah di Kuffah dan berakhirlah Daulah Umaiyah dengan kematiannya pada usia 65 tahun 9 bulan.[4]

Faktor pendorong berdirinya Dinasti Abbasiyah dan penyebab suksesnya :[5]

a. Banyak terjadi perselisihan antara intern Bani Umaiyah pada dekade terakhir pemerintahannya hal ini di antara penyebabnya : memperebutkan kursi kekhalifahan dan harta.

b. Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan bani Umaiyah, seperti Yazid bin al-Walid yang memerintah kurang lebih 6 bulan

c. Dijadikan putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang dikerjakan oleh marwan bin Muhammad yang menjadikan ananya Abdullah dan Ubaidillah sebagai putra mahkota

d. Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan Dinasti Umayyah

e. Timbulnya dukungan dari Al-mawali



2. Perkembangan dunia politik

Setelah jatuhnya dinasti Umayyah dan sekaligus sebagai sebagai tonggak awal berdirinya Dinasti Abbasiyah. Setelah pembai’atan khalifah pertama yakni Abul Abbas Al-Safah pada tanggal 28 November 749 M di masjid Kuffah. Langkah awal yang dilakukan oleh Dinasti Abbasiyah yaitu:[6]

a. Melenyapkan dinasti Umayyah yang tersisa

b. Memadamkan upaya-upaya gerakan pemberontakan

c. Gerakan pemberontakan kaum Syi’ah

Di samping kenyataan di atas, harus dipahami bahwa Dinasti Abbasiyah membuat kebijakan yang relatif terbuka bagi yang lain, sehingga dalam perkembangan Dinasti Abbasiyah banyak masuk orang-orang Persi kedalam jajaran pemerintahan. Pengaruh Persi semakin jelas di dalam tatanan kehidupan politik, pola hidup, dan budaya.

Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok anatara pemerinatah Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.[7]

3. Perkembangan Bidang Ekonomi

Karena sektor ekonomi menjadi penopang penting tegaknya pemerintahan, maka khalifah Dinasti Abbasiyah memberikan perhatian khusus. Tercatat dalam sejarah bahwa pendapatan negara pada khalifah Harun Ar-Rasyid mencapai 272 juta dirham 4 juta dinar pertahun.[8]

Unsur-unsur ekonomi yang dikembangkan pada zaman Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.[9]

a. Pertanian

b. Perindustrian

c. Perdagangan

Pada masa Dinasti Abbasiyah, terutama pada periode awal mengalami pekembangan ekonomi yang sangat baik. Pemasukan negara berasal dari unsur-unsur ekonomi diatas sudah sangat menopang kehidupan ekonomi negara yang relatif belum lama terbentuk.

4. Perkembangan Bidang Administrasi

Perkembangan bidang administrasi pada dinasti Abbasiyah ini juga mengalami pembaharuan. Perkembangan yang nampak secara administratif dari dinasti ini adalah berpindahnya ibu kota negara ke Bagdad. Disamping itu, dalam menjalankan administrasi negara telah dikenal pula seorang wazir (pembantu) yang membawahi kepala departemen.[10]

Selain itu juga dibentuk juga apa yang namanya diwan al-khitabah, semacam sekretariat negara yang dipimpin seorang Rais al-kuttab, rais ini juga dibantu beberapa sekretaris. Diantara yang paling masyhur yaitu Katib al-Rasail, Katib al-Kharni, dan Katib al-Jundi.

Kekuasaan pada pemerintahan dinasti Abbasiyah dibagi dalam beberapa provinsi, setiap provinsi dipimpin oleh gubernur. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah jalannya pemerintahan di daerah. Total provinsi pada dinasti ini ada 12, yaitu:

a. Kuffah dan Sawwad

b. Bashrah dan daerah Daljah, Bahrain, Uman

c. Hijaz dan Yamamah

d. Yaman

e. Ahwaz yang meliputi Khuzistan dan Cattan

f. Parsi

g. Khurasan

h. Mosul

i. Jazirah, Armenia, Azerbaijan

j. Suriah,

k. Mesir dan Afrika

l. Sind[11]

5. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Ketika umat islam berhasil melakukan ekspansi besar-besaran kewilayah timur dan barat, ternyata terdapat sejumlah kota yang merupakan kota pusat pengembangan tradisi ilmiah, antara lain Aleksandria di Mesir, jundisyapur di Irak, Bachtra di Syiria, Edessa, Harran, serta Nisibis. Kota-kota ini kemudian menjadi wilayah islam.[12]

Bidang-bidang ilmu yang ditekuni pada dinasti ini seperti:[13]

a. Fiqh

b. Ilmu Tafsir

c. Ilmu Hadits

d. Ilmu Kalam

e. Ilmu Gramatika Arab

f. Filsafat

g. Ilmu Kedokteran

h. Matematika

i. Farmasi

j. Ilmu Astronomi

k. Geografi

l. Sejarah

m. Sastra

Banyak dikatakan pada dinasti ini islam mencapai puncak perkembangan ilmu yang sangat tinggi, sehingga tidak salah jika hampir seluruh keilmuan yang ada didunia dipegang oleh orang islam.

6. Sebab Kemunduran dan Kehancuran

Menurut Dr. Badri Yatim, M.A.,[14] di antara hal yang menyembabkan kemunduran dinasti Abbasiyah.

a. Persaingan antar bangsa

Dinasti ini didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu oleh orang persia. Karena dilatarbelakangi kesamaan nasib maka mereka berusaha untuk mempertahankan dirinya. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sangat tinggi, sehingga dari para khalifah langsung menghentikan upaya-upaya tersebut.

b. Kemerosotan Ekonomi

Sebenarnya pengiriman dana ke pusat pemerintahan hingga tahun 919 masih dalam jumlah yang besar, tetapi setelah itu uang pajak yang dikirim selalu mengalami penurunan. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, pemerintah tidak mampu membayar gaji para tentara dengan uang melainkan dengan memberinya tanah.

Penurunan juga tidak hanya pada sektor pajak tetapi pada sektor pertanian, juga disebabkan oleh rusaknya wilayah pertanian dikarenakan terkena banjir yang terjadi secara periodik akibat dangkalnya sungai diya’ah.

c. Perang salib

Perang salib menjadi sebab eksternal kehancuran bani Abbasiyah. Meskipun akhir dari perang ini umat islam menang, tetapi umat islam banyak mengalami kerugian yang banyak, karena peperangan ini terjadi diwilayah umat islam dan tentu dana yang dikeluarkan untuk perang cukup menguras finansial pemerintah.[15]

d. Serangan Bangsa Mongol

Di smaping umat islam harus bersusah payah menghadapi tentara salib, di pertengahan abad 13 umat islam masih harus menghadapi pasukan Hulagu Khan dari bangsa Mongol.

Orang Mongol menyerang Bagdad saat Bagdad dalam kondisi yang sudah lemah akibat perang salib. Pasukan Mongol menghancurkan Bagdad rata dengan tanah dan membunuh orang-orangnya.

Khalifah terakhir, Al-Mu’tasim berusaha mengulur waktu penyerahan yang akhirnya mengakibatkan kemarahan Hulagu. Al-Mu’tasim menyuruh seseorang untuk menawarkan penyerahan tetapi Hulagu minta Al-Mu’tasim dan keluarganya datang sendiri. Disitulah akhir dari pemerintahan Bani Abbasiyah Al-Mu’tasim, keluarganya beserta orang-orangnya dibantai habis-habisan oleh pasukan mongol.





























BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.

Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus berkembang.

Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad.

Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, dia juga menbentuk protokol Negara, sekertaris, dan kepolisian Negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Jawatan pos yang sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar surat sampai menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.

Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.

Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibnu Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat diantaranya adalah As-Syifa'.























































DAFTAR PUSTAKA

AMIN, SAMSUL MUNIR.2010. “Sejarah Peradaban Islam”.Jakarta: Amzah

FUADI, IMAM.2011. “Sejarah Peradaban Islam”.Yogyakarta: Teras

http://wesero.blogspot.com/2013/01/sejarah-peradaban-islam-pada-masa-bani.html di akses tanggal 25 Oktober 2013 pukul 08.33

http://www.bicaramuslim.com/bicara7/viewtopic.php?p=150558&sid=9c009fc3bc24b049f777dea6cc26e904 di akses tanggal 10 November 2013 pukul 11.00

Nizar, Samsul.2008.“Sejarah Pendidikan Islam”.Jakarta: Kencana

NURHAKIM,MOH.2012. “Jatuhnya Sebuah Tamadun”.Kementrian Agama Republik Indonesia










[1] Moh. Nurhakim,JATUHNYA SEBUAH TAMADDUN,Jakarta Pusat,umm Press,2012,hlm 71


[2] Ibid,hlm 73


[3] Samsul Nizar,Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta:kencana,2008,hlm 65


[4] Ibid,hlm 66


[5] Ibid,hlm 66


[6] Imam Fu’adi,Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras,2011,h 115


[7]http://wesero.blogspot.com/2013/01/sejarah-peradaban-islam-pada-masa-bani.html diakses pada tanggal 04 November 2013 pukul 08.33


[8]Imam Fu’adi,Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras,2011,h 123


[9]Ibid h 123


[10] Ibid h.127


[11] Ibid h.129


[12] Ibid 129


[13] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah,2010 h.148


[14] Ibid 155-156


[15] Imam Fu’adi,Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras,2011,h 151

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman